Rabu, 11 Februari 2015

Meniru Akhlak Rasulullah Dalam Berumah Tangga



Judul Buku : Bilik-bilik Cinta  Muhammad
Penulis        : Dr Nizar Abazahah
Penerbit     :  Zaman
Jumlah Halaman : 331 Halaman
Terbit : Cetakan pertama 2014
ISBN : 978-602-1687-22-2
-------------------------------------------------------
                        
Rasulullah SAW adalah tempat setiap muslim belajar bagaimana mewujudkan “rumahku surgaku di dunia”. Bagaimana beliau berperilaku terhadap istri, anak dan keluarganya adalah tauladan terbaik yang patut diadikan standar etika.

Rumah tangga bahagia bukanlah rumah yang bebas dari masalah, melainkan rumah yang berisi anggota keluarga yang mampu menyelesaikannya dengan indah. Bukan dengan kemewahan harta, melainkan dengan keluhuran akhlak, keagungan cinta dan kedalaman iman.


Sebuah buku yang diterjemahkan oleh bapak Asy’ari Khatib ini versi aslinya berjudul  Fi Bayt Al-Rasul karya Dr Nizam Abazhah. Didalamnya memaparkan kisah-kisah Rasulullah SAW berinteraksi dengan keluarga beliau di beberapa rumah (bilik) yang pernah beliau tinggali.

Dimulai saat Nabi Muhammad berada di rumah pamannya Abu Thalib. Dalam usia yang masih amat dini, ia telah menunjukkan kepedulian yang luar biasa kepada keluarga pamannya. Nabi Muhammad berharap dapat meringankan beban sang paman dengan cara bekerja mengembala domba-domba orang Quraisy dengan upah beberapa dinar.

Dilanjutkan dalam rumah Sayyidah Khadijah. Di sela-sela hidup beliau bersama sang istri yang merupakan saudagar kaya dan terpandang, Nabi Muhammad bukanlah seorang yang hanya berpangku tangan. Beliau menyibukkan diri dengan usaha perdagangan. Bersama seorang mitra bernama Syi’ab ibn Abi Saib, beliau berkeliling dari habasyah, Duba, Syihar dan pasar-pasar lain di Mekkah, tak ada praktek saling sikut diantara keduanya. Satu sama lain saling percaya dan setia, sehingga kelmbali ke rumah dengan membawa rizki yang baik dan halal.

Ketika memlilih tempat menginap saat hijrah ke kota Madinah. Beliau pun menunjukkan akhlak yang mulia. Beliau tidak menginginkan rumah yang kaya dan berlimpah harta, atau rumah yang miskin sehingga menjadi beban. Beliau mencari rumah bersahaja yang di dalamnya dipenuhi cinta dan ridha. Sehingga tepat sekali ketika unta beliau (dengan ilham dari Allah SWT) melilih rumah Abu Ayyub Al-anshori.

Di rumah istri-istri beliau yang lain pun Rasulullah menunjukkan keluhuran akhlak beliau. Ketika para sejarawan lebih sering memotret sisi politik kehidupan beliau, buku ini menghimpun informasi khusus mengenai kehidupan keluarga dan rumah tangga Nabi SAW. Bagaimana beliau berinteraksi dengan semua istri beliau yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda?. Bagaimana beliau menghadapi sikap-sikap spontan mereka? Bagaimana sikap beliau terhadap sanak kerabat, pembantu, tamu dan tetangga?.

Bila dituntut untuk keras atau marah, Nabi pun keras dan marah. Namun kekerasannya tidak disertai tongkat, kemarahannya tidak diikuti pecut. Tak ada pukulan, kata-kata kasar dan melukai perasaan. Dan tak lama setelah itu beliau kembali menjadi lembut dan lunak. Sebagaimana saat menghadapi kemanjaan Sayyidah Aisyah, dan sifat keras  Sayyidah Hafsah dan juga berbagai sifat alamiah istri-istri beliau yang lain.

Pernah suatu hari, Aisyah dan Hafsah membanggakan dirinya karena merasa lebih mulia nasabnya disisi Rasulullah, sehingga menyinggung perasaan Safiyyah, salah satu istri Nabi keturunan yahudi. Safiyyah bersedih dan mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau menenangkan Safiyyah dan menghiburnya, bahkan mencandainya dengan bersabda : “Kenapa tak kau jawab, ‘Bagaimana mungkin kalian lebih mulia daripada aku. Sementara suamiku Muhammad, Ayahku Harun dan pamanku Musa?’”.

Bagaimana kelembutan Nabi kepada istri-istrinya? Sungguh tak terlukiskan kata-kata. Tak henti-hentinya beliau mencandai mereka, memperlakukan mereka dengan lembut dan mencintai dengan tulus. Semua itu menjadikan istr-istri Nabi berebut perhatian dan kasih sayang beliau. Bahkan ketika ditawarkan pilihan antara kehidupan sederhana namun gtetap menjadi istri beliau dan kehidupan mewah namun diceraikan, semua istri-istri Nabi dengan tegas memilih tetap bersama Rasulullah SAW. Sehingga tak terbantahkan bahwa beliau adalah manusia dengan akhlak terbaik terhadap semua penghuni rumah yang pernah beliau tinggali.(*)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari bersilaturrahmi dengan meninggalkan jejak dalam komen ini. ^^